Sabun Merupakan Hasil Peradaban Masa Lalu

Sabun Merupakan Hasil Peradaban Masa Lalu, Perjalanan panjang kehidupan umat manusia di dunia secara garis besar dibagi ke dalam dua garis waktu, dimana kita mengistilahkan garis waktu itu dengan sebutan sebelum masehi dan setelah masehi. Perjalanan panjang ini telah melahirkan peradaban besar disetiap masa dan melahirkan banyak temuan-temuan. Kita mengira bahwa masyarakat dimasa lalu tertinggal peradabannya jika dibanding dengan manusia di abad ini. Bahkan Kita mengira kehidupan masa lalu merupakan kehidupan zaman “kuno” yang identik dengan peradaban yang tertinggal.

Kesimpulan ini jamak karena banyak manusia abad ini yang kurang peduli dengan sejarah dimasa lalu. Namun, ada segelintir orang dan organisasi yang mendedikasikan hidupnya untuk meneliti kehidupan sejarah umat manusia dimasa lalu. Banyak hasil temuan dari upaya penelitian tersebut telah menjadi jurnal yang berguna sebagai pembelajaran bagi kita masa ini. Kita bahas benda yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, dan benda tersebut adalah sabun.

Pada zaman prasejarah, kisah tentang manusia dalam upaya membersihkan dirinya banyak terdapat dalam catatan-catatan manuskrip kuno. Kita tentu pernah membaca dalam catatan tersebut yang menceritakan bahwa air telah menjadi bagian penting dari sejak dahulu untuk kebutuhan pembersihan diri.

Menurut sebuah sumber sejarah menyebutkan bahwa tercatat bukti paling awal dari produksi bahan sabun sekitar 2800 SM di Babilonia kuno. Sebuah formula sabun yang terdiri dari minyak air, alkali, dan cassia ditulis pada tablet tanah liat Babilonia sekitar 2200 SM.

The Ebers Papyrus (Mesir, 1550 SM) menunjukkan orang Mesir kuno dimandikan secara teratur menggunakan kombinasi bahan dari lemak hewan dan minyak nabati dengan garam alkali untuk membuat sabun. Dokumen Mesir menyebutkan zat sabun seperti yang digunakan dalam penyusunan wol untuk menenun. Pada masa pemerintahan Nabonidus (556-539 SM), resep untuk sabun terdiri dari uhulu [abu], cypress [minyak] dan wijen [minyak biji].

Era Romawi kuno

Kata sapo, Bahasa Latin untuk sabun, pertama kali muncul di Pliny the Elder Historia Naturalis, yang membahas pembuatan sabun dari lemak dan abu. Aretaeus dari Cappadocia, menulis pada abad pertama, zat alkalin yang dibuat menjadi bola disebut sabun”. Metode yang disukai orang-orang Romawi untuk membersihkan tubuh adalah dengan memijat minyak ke permukaan kulit dan kemudian mengikis pergi kedua minyak dan kotoran dengan strigil.

Sebuah kepercayaan populer mengklaim kata sabun mengambil nama sebutan Gunung Sapo. Dalam tradisi kurban bangsa Roma, hewan kurban biasanya dibakar. Hanya tulang dan isi perut dari hewan dikorban yang dimakan. Sedangkan lemak dari korban diambil oleh manusia. Lemak dari pengorbanan hewan kemudian dicampur dengan abu bakaran dan dengan air untuk menghasilkan sabun. Kata sapo dalam Bahasa Latin berarti “sabun”.

Zosimos dari Panopolis, sekitar tahun 300 Masehi, menggambarkan sabun dan soapmaking. Galen menjelaskan sabun menggunakan larutan alkali yang digunakan ketika mencuci untuk membawa pergi kotoran dari tubuh dan pakaian. Penggunaan sabun untuk kebersihan pribadi menjadi semakin umum di Masehi abad ke-2. Menurut Galen, sabun terbaik adalah dari Jerman, dan yang kedua terbaik adalah sabun dari Gaul. Ini adalah referensi untuk sabun yang benar di zaman kuno.

Sumber http://bit.ly/1MPGQIm
Previous PostNext Post

Leave a Reply

WordPress Theme