
“The Moeslem Sportsman Champion”
Oleh: Rahman Yaasin Hadi
Beberapa waktu lalu kita diberitakan dengan meninggalnya Cassius Marcellus Clay, seseorang petinju juara dunia asal Amerika yang menjadi mualaf dan mengganti namanya sebagaimana kita kenal sebagai Muhammad Ali. “The Greatest”, “Sportsman of The Century”, begitulah media-media besar seperti ESPN dan CNN memberikannya penghargaan.
Sosok muhammad Ali begitu fenomenal, selain karena prestasinya namun juga karakternya. Ia dikenal sebagai seseorang bermental juara yang sangat percaya diri, optimis, visioner dan berambisi.
(*) “If my mind can conceive it and my heart can believe it, then I can achieve it.” Atau, “Jika pikiran dan hatiku mengatakan aku bisa mencapainya, maka aku bisa mencapainya.”
(*) “If you even dream of beating me, you better wake up and apologise.” Atau, “Jika kau bermimpi mengalahkanku, maka bangunlah dan minta maaf.”
(*) “The man who has no imagination has no wings.” Atau, “Pria yang tak punya imajinasi tidak punya sayap.”
(*) “It isn’t the mountains ahead to climb that wear you out; it’s the pebble in your shoe.” Atau, “Bukan gunung yang harus didaki yang membuat mu lelah, tetapi adalah kerikil di sepatumu.”
(*) “Aku sangat cepat sehingga tadi malam saat kumatikan lampu di kamar hotel, aku berada di tempat tidur sebelum ruangan itu menjadi gelap”
Beberapa orang menganggap Muhammad Ali sebagai seorang yang arogan, kontrovertif, dan terlalu berlebihan dalam percaya diri. Namun, setidak-tidaknya kita bisa belajar, bahwa sikap mental juara yang demikian, ((yang dipupuk sejak dalam pikiran dan batin)) telah terbukti mengantarkannya menjadi sang juara. 56 kali ia menang, diantaranya 37 kemenangan KO, dan hanya 5 kali kalah. (3 diantara kekalahan itu didapat saat Muhammad Ali sudah terkena penyakit parkinson)
Kadang kita berpikir ingin mengalahkan hal-hal besar namun kita lupa untuk mengalahkan diri sendiri. Kadang kita kagum dengan pencapaian besar seorang juara namun kita juga lupa bahwa sejak dalam pikiran dan mentalnya ia pun sudah juara.
Mari rekan-rekan untuk jadi seorang juara kita perlu sikap mental dan pikiran yang sudah juara. Musuh terbesar adalah diri kita sendiri. Masih banyak perang-perang kecil yang perlu kita menangkan sebelum memenangkan perang besar.
Semoga dengan moment puasa ini menjadi sebuah introspeksi untuk diri kita. Menjadi sarana untuk membersihkan dan mengupgrade diri kita. Semoga kita bisa lebih menaklukan diri kita, hawa nafsu, prasangka dan segala tindak tanduk dari diri kita yang sifatnya negatif atau bermental buruk. Dan semoga kita bisa menjadi juara khususon untuk diri kita sendiri. Amiin.
Di puncak spiritualnya, kala itu Muhammad Ali diberikan penyakit mematikan bernama parkinson dan komplikasi yang semakin parah dan parah. Dan dia mengatakan “God gave me this illness to remind me that I’m not number one; he is” (Tuhan memberikan saya penyakit untuk mengingatkan bahwa aku bukanlah yang nomer satu, namun Dialah).
*WALLAHU A’LAM BI-ALSHAWAB.
Semoga saudara kita seiman tersebut khusnul khotimah dan amalnya diterima. Amin