Tips Menghadapi Rekan Kerja Pemalas, Mungkin di setiap kantor ada tipe pekerja yang menganut prinsip “tenggo”. Dia datang pukul 9 pagi dan pulang ketika jam menunjukkan pukul 5 sore, tanpa peduli pekerjaan sudah selesai atau belum. Ada pula karyawan yang lebih pemalas. Datang terlambat 15 menit, keluar makan siang lebih lama, dan meninggalkan kantor lebih cepat.

Hal ini mungkin membuat pegawai ambisius seperti Anda merasa frustasi. Mengapa saya harus bekerja keras? Sedangkan rekan kerja saya nampak santai saja. Apalagi jika kalian berdua berada pada posisi yang sama dan dibayar dengan gaji tidak jauh berbeda.

Sebagai pegawai ambisius, Anda merasa harus bekerja lebih keras demi kesuksesan tim. Anda seringkali harus datang lebih awal dan pulang terlambat demi menyelesaikan sebuah proyek. Menurut Anda, semua orang harus memahami hal itu.

Namun, kenyataannya tidak seperti yang Anda bayangkan. Jadi, apa yang akan lakukan untuk menghadapi rekan yang tidak bekerja keras seperti Anda? Berikut beberapa tips menghadapi rekan kerja yang Anda anggap sebagai pemalas seperti dikutip dari situs ini.

Memahami isu

Jangan biarkan diri Anda tenggelam dalam rasa frustasi. Hal itu akan membuat gangguan kecil pada pekerjaan yang berakhir pada kesalahan serius yang besar. Jika sewaktu-waktu Anda meledak, maka akan membuat diri tampak buruk.

Hal ini bisa terjadi pada saat Anda menghadapi seorang pegawai baru yang terlalu “santai”. Anda menganggap diri sebagai karyawan yang sangat mematuhi aturan dan jadwal, bahkan tertekan ketika setiap mendekati deadline. Anda selalu datang lebih pagi, bekerja di sela waktu makan siang dan terkadang melewatkan makan malam. Sementara “anak baru” di kantor datang sedikit terlambat, menggunakan waktu makan siang dengan tenang dan beranjak dari meja kerja tepat pukul 5 sore. “Beraninya dia!” pikir Anda.

Namun, ketika Anda mengungkapkan keluhan, rekan kerja atau bos tidak melihat masalah dari sudut pandang yang sama. Sebab, secara teknis, pegawai yang Anda tunjuk sebagai pemalas tidak melakukan kesalahan. Dia tidak melanggar waktu kedatangan, jam pulang dan jam istirahat.

Jadi, dalam hal ini Anda harus memahami isu sebenarnya. Anda sendiri yang memforsir diri. Anda bekerja terlalu keras. Lalu, Anda menyadari “anak baru” tersebut tidak melakukan kesalahan. Tekanan deadline membuat Anda melihat orang lain berbuat kesalahan. Padahal dia menggunakan waktu kerjanya secara efektif. Pada akhirnya, segala yang dilakukan rekan kerja itu menjadi salah di mata Anda. Sehingga Anda jadi frustasi sendiri.

Menghilangkan keraguan

Daripada frustasi sendiri dan selalu berprasangka buruk pada orang lain, lebih baik Anda menyelesaikan masalah secara langsung. Bertanyalah pada rekan kerja yang Anda anggap sebagai “pemalas”. Tapi, jangan langsung menghakimi. Anda bisa mengajaknya untuk mengobrol atau diskusi ringan.

Saat berbicara langsung dengan orang tersebut, maka Anda akan menemukan masalah sebenarnya. Jangan-jangan rekan kerja yang selalu datang dan pulang “teng-go” itu memang sedang punya masalah keluarga atau kesehatan. Jika sudah menemukan kenyataan yang sebenarnya, mungkin Anda bisa mengubah sudut pandang.

Bicara dengan atasan

Lain halnya jika Anda mendapati kenyataan bahwa alasan rekan kerja yang malas karena tidak termotivasi. Anda bisa bicara kepada atasan agar mendapat solusi. Hal ini lebih baik daripada Anda menyebarkan gosip di kantor tentang pegawai “pemalas”. Jika memilih mengeluh pada orang lain yang tidak punya kuasa membuat perubahan di lingkungan kerja, Anda justru akan tampak buruk.

Jadi, atur waktu untuk berdiskusi dengan manajer mengenai isu ini. Tapi, Anda harus berhati-hati saat berbicara. Jangan sampai Anda tampak seperti pengadu. Anda harus menahan diri untuk membandingkan si pemalas dengan diri sendiri. Anda sebaiknya mengangkat masalah perilaku seseorang yang malas dan dampak negatif yang bisa memengaruhi tim.

Atasan Anda pasti tahu siapa saja yang bekerja keras dan staf yang malas. Namun, sang manajer mungkin belum merasakan bagaimana perilaku negatif seseorang “meracuni” orang lain di dalam tim.

Pembicaraan ini mungkin berakhir dengan perubahan waktu kerja 9-5. Selain itu, manajer juga bisa menyarankan Anda untuk tidak bekerja terlalu keras tanpa memerhatikan kesehatan. Mungkin bos Anda akan mengkaji ulang beban kerja tim. Intinya, keputusan Anda untuk mengangkat isu kepada orang yang lebih berkuasa akan membuahkan hasil positif. Sebab, atasan Anda melihat situasi dalam sudut pandang yang lebih luas.

Satu hal yang perlu Anda ingat bahwa setiap orang punya cara kerja yang berbeda. Setiap pegawai punya visi atas perjalanan kariernya sendiri. Jadi, daripada frustasi melihat rekan kerja yang tidak ambisius, lebih baik Anda mengikuti tips di atas. Tetaplah menjadi karyawan yang bekerja dengan fokus dan produktif. Tidak usah terpengaruh rekan kerja yang malas, yang penting semua orang bisa melihat kinerja terbaik Anda

sumber https://goo.gl/XYyfPE

Previous PostNext Post

Leave a Reply

WordPress Theme