Dari Laundry Kiloan Jadi Bisnis Transnasional
JANGAN pernah mengabaikan sebuah inovasi. Sekecil apapun itu jika mampu dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang luar biasa. Inilah yang dibuktikan Agung Nugroho Susanto, Direktur PT Sushanctco Indonesia.
Sekarang siapa yang tidak mengenal Simply Fresh Laundry & Wet Cleaning. Tempat cuci kenamaan yang sudah ada di seantero nusantara ini, ternyata berawal dari sebuah tempat cuci kiloan di pinggir Jalan Flamboyan, Yogyakarta.
Bisnis laundry yang dijalankan oleh Agung itu sendiri, sebenarnya merupakan sebuah eksperimennya yang kesekian kali setelah lebih dulu mencoba bisnis distro dan konter hape bersama rekannya yang berhenti di tengah jalan.
“Waktu itu tahun 2006 kebetulan bisnis laundry baru bermunculan tapi belum seramai sekarang, ya udah saya putuskan buka laundry saja, padahal saya sendiri awam dengan laundry hehe,” ucap Agung.
Laundry yang ia beri nama Simply Fresh itu, hanya bermodal satu mesin cuci dan satu pengering saja. “Alatnya saya beli kredit melalui lembaga keuangan, selebihnya dapat bantuan orang tua karena justru uang sewanya yang mahal,” kenangnya.
Agung hanya berpikir bahwa usaha yang dirintisnya harus laku, sehingga ia mulai memutar otak agar banyak pelanggan yang datang, termasuk mendatangi kos teman-temannya agar mau menggunakan jasa laundry di tempatnya.
“Saya janjikan kepada teman-teman pokoknya nge-laundry di tempat saya empat jam selesai, soalnya ditempat lain butuh waktu dua hingga tiga hari,” ujarnya.
Tak hanya itu, Agung juga mempersilakan konsumen untuk memilih sendiri aroma yang paling disukai, sehingga ia punya tujuh wewangian yang bisa dipilih konsumen. Bahkan ia berani memberikan garansi apabila cuciannya tidak bersih.
Dalam sekejap, dengan inovasi kecil yang dibuatnya, mulai banyak dilirik konsumen, apalagi sistem kiloan yang diterapkannya yakni Rp 2.500 per kilo, jauh lebih murah dibandingkan dengan laundry per potong pakaian.
“Waktu itu pokoknya saya niatnya cari konsumen dulu yang banyak dan berusaha memenuhi apa yang telah saya janjikan agar punya konsumen tetap,” ujarnya.
Ia mengaku dengan cara tersebut, bisnisnya memang melejit, pada waktu itu omzet laundry-nya lumayan gede Rp 8 juta per bulan, namun sebagian besar habis untuk biaya operasional dan menggaji dua karyawannya.
“Saya merasakan bisnis ini maju setelah mulai kewalahan dengan banyaknya konsumen sehingga harus sering lembur. Kemudian saya membuka dua outlet lagi di Yogya, nama Simply Fresh makin familiar,” tuturnya.
Lika-liku perjalanannya berwirausaha bukan tanpa hambatan. Setelah lulus dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), ia sempat mendapat desakan orang tuanya untuk mengikuti seleksi di Bank Indonesia.
“Saya juga tak menyangka berhasil melewati empat tahap penseleksian menyisihkan 8.000 calon pegawai Bank Indonesia, hanya tinggal satu tahap wawancara di Jakarta. Disinilah saya mulai bimbang,” ujarnya.
Namun dengan keyakinannya, ia meminta ijin kepada kedua orang tuanya untuk tidak berangkat ke Jakarta. “Saya tidak ingin mereka kecewa. Lalu saya janji jika bisnis ini gagal, disuruh kerja apa saja saya mau,” tegasnya.
Janji inilah yang menjadi pemicu kesuksesan Agung. Berbekal kesuksekan pada tiga outletnya di Yogyakarta ia mulai mewaralabakan. “Saya lihat orang Indonesia ini suka yang praktis. Bisnis tapi ada jaminan untung, Nah, waralaba jawabannya,” ujarnya.
Dalam tempo satu tahun setelah di waralaba, berdiri 30 outlet baru. Terhitung Oktober 2012 sudah 220 outlet di 85 kota di Indonesia dari Kota banda Aceh hingga Timika Papua dengan omzet mencapai Rp 5 miliar per bulan.(vim)
SUMBER : TRIBUN JOGJA